Tari Fayaryer Rak Wadwa Biak


Tari Fayaryer Rak Wadwa Biak merupakan tarian yang bertujuan sebagai tontonan dan bermakna ekspresi kemarahan yang ditarikan oleh sekelompok penari laki-laki yang terdiri dari berpuluh-puluh orang. Pulau Numfor (di dekat Biak, Pulau Papua, Irian Jaya) merupakan asal dari tarian ini.[1] Pada awalnya tarian asal Papua yang dulunya dikenal sebagai bumi Irian Jaya umumnya merupakan tarian upacara yang dianggap keramat dan tidak ditarikan pada sembarang tempat dan sembarang waktu. Tarian daerah Irian jaya umumnya merupakan ekspresi jiwa manusia yang ditampilkan untuk tujuan-tujuan dan ritual tertentu. Sejak tahun 1970-an putera-puteri Irian jaya mulai menyadari bahwa penting mengadakan kegiatan seni tari diluar tujuan agama dan upacara adat.[2] Hal inilah yang mendorong munculnya beberapa tarian yang khusus untuk ditonton dan bernilai sebagai hiburan, tari Fayaryer Rak Wadwa Biak menjadi salah satunya. Pada Tarian ini setiap penari menggunakan rumbai-rumbai sebagai penutup badan bagian bawah dan berbagai perhiasan pelengkap pakaian adat. Perhiasan khusus yang biasa dipakai dalam tarian ini terdiri dari bulu burung cendrawasih sebagai hiasan kepala, dan sekuntum bunga berwarna merah yang diselipkan di telinga. Menurut adat di Pulau Numfor, bunga merah yang terselip di telinga seorang laki-laki ini menjadi simbol bahwa amarahnya sedang memuncak.[3] Maka tarian ini juga bermakna bahwa sekelompok laki-laki yang sedang memuncak kemarahannya. Tarian daerah Irian jaya biasanya diiringi berbagai alat musik tifa dan seruling, tapi tarian ini hanya diiringi oleh nyanyian-nyanyian saja tanpa alat musik.

Referensi

  • l
  • b
  • s
Tarian Indonesia
Sumatra
Aceh
  • Laweut
  • Likok Pulo
  • Pho
  • Rabbani Wahed
  • Ranup lam Puan
  • Geleng
  • Rateb Meuseukat
  • Ratoh Duek
  • Rencong
  • Seudati
  • Tarek Pukat
Alas-Kluet
  • Landok Sampot
  • Landok Alun
  • Mesekat
  • Tari Pelabat
Batak
Gayo
Kerinci
Lampung
Melayu
Mentawai
  • Turuk
    • Laggai
    • Pokpok
    • Uliat Bilou
    • Uliat Manyang
Minangkabau
Nias
  • Bölihae
  • Fahimba
  • Famanu-manu
  • Fanari Moyo
  • Fatele
  • Hiwö
  • Maena
  • Maluaya
  • Manaho
  • Mogaele
Palembang
Rejang, Kaur,
Mukomuko,
dan Serawai
Singkil
Tamiang
Bantenan
Betawi
Cirebon-Indramayu
Jawa
Madura
  • Blandaran
  • Muang Sangkal
Sunda
Banjar
Bulungan
  • Jugit Demaring
Dayak
Melayu Kalimantan
Paser
Tidung
  • Ambi
  • Bangun
  • Jepin Kinsat Suara Siam
  • Liaban
Alor
  • Lego-Lego
Bali
Bima dan Sumbawa
Flores
Sasak
Sumba
  • Kabokang
  • Kandingang
  • Ningguharama
  • Kataga
  • Woleka
Timor
Bugis, Makassar,
Bone, dan Luwu
Buton, Muna, dan Wakatobi
Gorontalo
  • Dana–dana
  • Elengge
  • Langga
  • Mopohuloo/Modepito
  • Sabe
  • Saronde
  • Tanam Padi
  • Tidi Lo Malu
  • Tulude
Mandar
Minahasa
Bolaang dan Mongondow
Padoe
Bare'e, Pamona, dan Kaili
Sangihe, Talaud,
dan Siau Tagulandong
Biaro
  • Alabadiri
  • Gunde
  • Mesalai
  • Ransansahabe
  • Tari Salo
  • Upase
Toraja
Arfak
Asmat
Biak
Dani
Fakfak
Isirawa
Mimika (Kamoro)
Kep. Maluku Tengah dan Selatan
Kep. Maluku Utara
Moi
Sentani
Serui dan Waropen
Lain-lain
India-Indonesia
Arab-Indonesia
Tionghoa-Indonesia
Eropa-Indonesia
Kategori
  1. ^ "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-08-13. 
  2. ^ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Proyek Media Kebudayaan (1980). Monografi Daerah Irian Jaya. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. hlm. 168–172.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ Djamaludin;, SUDARSONO; Atjep. Tari-Tarian Indonesia I (dalam bahasa Indonesia). Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)